Created on
Senin, 1 Desember 2025
Category
Kisah Sukses,Abah Jaya,Pemberdayaan Ekonomi,Renovasi Rumah
Author
Sajiwa Foundation
Ketika Mimpi Kecil Seorang Kakek 80 Tahun Menjadi Nyata
Di sebuah rumah kecil yang hampir roboh di pelosok Jawa Barat, tinggal sepasang lansia yang hidupnya telah lama bergantung pada sisa-sisa botol plastik. Usia mereka sudah sangat senja, namun tubuh rentanya masih dipaksa berjalan puluhan kilometer setiap hari untuk mencari rongsokan.
Abah Jaya, 80 tahun, tubuh bungkuk, langkahnya terpincang karena kelainan kaki sejak kecil. Emak Acih, istrinya, tak kalah renta, dengan penglihatan yang sering perih dan berkunang-kunang. Namun keduanya tetap berjalan bersama. Selalu berdua. Dalam hujan, dalam panas, dalam lelah yang tak ada habisnya.
Perjalanan yang Panjang di Kaki yang Luka
Setiap pagi, Abah Jaya memulai hari dengan memijit pelan kakinya yang sakit. Kaki yang sama yang sudah menahannya seumur hidup, bengkok, lemah, dan sering tiba-tiba kehilangan tenaga.
“Kalau udah nggak kuat, Abah ajak Emak istirahat… Emak selalu pijitin kaki Abah pelan-pelan,” tutur Abah lirih.
Di jalan, Abah sering hampir terserempet motor atau mobil karena jalannya yang gontai. Klakson keras kerap membuatnya terkejut dan hampir terpeleset. Namun ia tetap maju, karena di pundaknya ada kewajiban untuk bertahan hidup.

Sebelum menjadi pemulung, Abah sebenarnya adalah penjual mainan keliling. Ia mengayuh sepeda tua, menawarkan mainan sederhana dari kampung ke kampung.
“Tapi yang beli jarang… kadang cuma laku 1 atau 4 mainan sehari. Abah nggak kuat lagi buat modal… akhirnya berhenti,” ceritanya, menahan suara yang bergetar.
Dari situlah Abah dan Emak mulai memulung.
Setiap hari, mereka membawa pulang hanya sekarung botol bekas. Ketika dijual? Harganya hanya Rp10.000. Bahkan tak cukup untuk makan dua kali sehari. Seringnya mereka hanya makan satu bungkus nasi untuk berdua. Kadang hanya nasi dengan garam. Kadang… hanya air putih.
Gubuk Reyot yang Nyaris Roboh
Rumah Abah dan Emak terbuat dari papan seadanya, dengan atap bolong dan dinding yang mulai miring. Saat hujan, air turun dari banyak titik, membuat lantai becek dan pakaian terus basah. Abah paling takut jika Emak kedinginan di malam hari.

Di lubuk hatinya, Abah hanya punya satu mimpi kecil… merenovasi rumahnya agar Emak tidak kehujanan lagi. Ia bahkan pernah berjanji kepada Emak, “Sebelum akhir hidup Abah… Abah ingin bahagiain Emak walau sekali aja.” Namun ia tahu, dengan pendapatan Rp10.000 sehari, itu mustahil.
Tentang Sebuah TV Kardus… dan Sebuah Harapan Kecil
Ada satu hal lain yang selama ini Abah inginkan. Sesuatu yang sederhana, bahkan mungkin dianggap sepele bagi banyak orang. Sebuah televisi.
Bukan untuk hiburan. Bukan untuk gaya-gayaan. Tapi karena di usia tua, Abah ingin punya teman di rumah. Namun Abah tahu, ia tak akan mungkin bisa membeli TV. Jadi ia membuatnya sendiri, dari kardus bekas rongsokan.
“TV ini bisa nyala… tapi cuma Abah yang bisa lihat,” katanya sambil tersenyum kecil pada foto televisi yang ditempel di dinding gubuknya. Sebuah mimpi yang ditahan begitu lama.
Ketika #TemanKebaikan Datang Membawa Harapan
Saat cerita Abah sampai ke Sajiwa Foundation, kami tahu ini bukan sekadar bantuan kebutuhan. Ini tentang cinta Abah untuk Emak. Tentang mimpi sederhana yang tertahan sudah lama.
#TemanKebaikan datang ke rumah Abah, melihat TV kardus itu, lalu memutuskan satu hal… Abah harus punya TV sungguhan.

Di hari itu, tim mengajak Abah dan Emak ke toko elektronik. Abah berdiri lama di depan deretan TV menyala. Matanya berkaca-kaca. Tangannya bergetar. Seolah tak percaya bahwa benda yang selama ini hanya ada di kardus… kini benar-benar ada di depan matanya. Dan hari itu, Abah pulang membawa TV sungguhan.
Bukan Hanya TV: Rumah Abah Jaya Kini Layak Dihuni
Berkat #TemanKebaikan, rumah Abah direnovasi total. Atap bocor diperbaiki. Dinding diganti. Bagian dalam diperkuat agar aman ditempati.
Kini, Abah dan Emak punya tempat tinggal yang tidak lagi basah ketika hujan. Tempat yang membuat keduanya bisa tidur dengan tenang.

Selain renovasi, Abah dan Emak juga menerima santunan rutin untuk kebutuhan harian. Disalurkan bertahap melalui tetangga agar aman, terkontrol, dan tepat sasaran.
Akhirnya, Mimpi Kecil Itu Benar-Benar Jadi Nyata
Kini, di salah satu sudut rumah barunya, Abah duduk sambil memegang remote TV. Senyumnya kecil, tulus, dan penuh rasa syukur.
Ia tidak lagi menatap kardus bergambar TV. Ia benar-benar menonton TV, di rumah yang lebih layak, bersama Emak yang selalu ia jaga.
Semua ini bisa terjadi karena kalian. Karena setiap donasi dari #TemanKebaikan tidak hanya memberi bantuan, tetapi mengembalikan harapan.
Terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan Abah Jaya. Terima kasih telah #BeneranBerdampak.