Created on
Selasa, 4 November 2025
Category
Kisah Sukses,Abah Endu,Penjual Mainan,Medical Checkup,BPJS,Modal Usaha,Tasikmalaya
Author
Sajiwa Foundation
Dari Sebutir Telur Dibagi Dua, Kini Abah dan Putrinya Bisa Hidup Lebih Layak
Sebutir telur mungkin terasa biasa bagi kebanyakan orang. Tapi bagi Abah Endu, telur adalah kemewahan. Di rumah kecil yang ia tinggali bersama putrinya, Aira, lauk sederhana itu sering kali harus dibagi dua. Satu untuk Abah, satu lagi untuk sang anak. Bahkan tak jarang, mereka hanya makan satu kali dalam sehari. Hari-hari mereka diisi dengan menahan lapar, berusaha menerima kenyataan bahwa rezeki memang belum berpihak hari itu.
Setiap pagi, Abah Endu berjuang dengan sisa tenaga yang masih ia miliki. Di usia 75 tahun, ketika sebagian besar orang seusianya sudah menikmati masa istirahat, Abah masih harus bekerja keras mengais rezeki demi bertahan hidup. Dengan tongkat di tangan dan langkah tertatih, ia berjalan keliling kampung menjajakan mainan hasil buatannya sendiri. Mainan itu sederhana, buatan tangan yang penuh ketekunan, tapi di mata banyak orang sudah dianggap kuno dan tak menarik lagi. Satu mainan dijual hanya sepuluh ribu rupiah, dan meski begitu pun, tak banyak yang membeli.

Sementara itu, Aira, putri tunggal Abah yang masih remaja, memilih berhenti sekolah. Bukan karena ia tak ingin belajar, tapi karena ia sadar keadaan keluarganya tidak memungkinkan. Meski pendidikan bisa gratis, kebutuhan lain seperti seragam, alat tulis, dan ongkos tetap saja membutuhkan biaya. Ia tak tega melihat sang ayah terus berjuang sendirian. Maka, Aira pun membantu seadanya: menjadi tukang cuci atau membantu membersihkan pesantren di dekat rumah mereka. Upahnya kecil, namun setidaknya bisa membantu membeli sedikit beras agar mereka tak perlu tidur dalam keadaan lapar.
Setiap malam, Abah sering termenung memandangi wajah putrinya yang sudah tertidur kelelahan. Ada perasaan bersalah yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ia merasa gagal sebagai seorang ayah, karena belum mampu memberi kehidupan yang layak bagi anaknya. Dalam hatinya, Abah hanya bisa berdoa agar suatu hari nanti, hidup mereka berubah. Ia ingin Aira bisa kembali sekolah, memiliki masa depan yang lebih baik, dan tidak harus merasakan pahitnya hidup di usia muda. Namun doa itu ia simpan dalam diam, karena ia tahu, esok pagi harus kembali bekerja.

Hingga akhirnya, doa itu mulai dijawab. Melalui tangan-tangan para #TemanKebaikan, Sajiwa Foundation hadir untuk membantu Abah Endu dan Aira memulai lembaran hidup yang baru. Abah mendapat bantuan pangan dan sembako untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga santunan uang tunai agar tidak lagi harus memikirkan dari mana bisa membeli nasi esok hari. Lebih dari itu, Abah juga menjalani pemeriksaan kesehatan lengkap serta pembuatan BPJS, agar di usia senja ia bisa mendapatkan perawatan yang layak tanpa harus menahan sakit karena tak mampu berobat.

Yang membuat Abah paling bersyukur adalah bantuan modal usaha untuk pemberdayaan ekonomi keluarga. Kini, Abah tak perlu lagi berjualan mainan keliling kampung. Dengan modal yang diberikan, ia bisa berjualan dari rumah… dibantu oleh Aira yang setia mendampinginya. Tak perlu lagi berjalan jauh dengan tongkat, menahan panas dan hujan demi beberapa ribu rupiah. Di rumah kecil mereka, kini ada kegiatan baru setiap pagi: Aira menyiapkan barang dagangan, Abah menata hasil karyanya, dan dari dapur mulai tercium aroma masakan yang dulu jarang ada.
Perubahan ini bukan hanya soal ekonomi. Lebih dari itu, ini tentang harapan yang hidup kembali. Tentang seorang ayah yang akhirnya bisa bernapas lega, melihat anaknya tersenyum tanpa rasa lapar. Tentang seorang anak yang kini bisa membantu ayahnya dengan penuh semangat, tanpa harus menanggung beban berat di usia muda. Hidup mereka memang masih sederhana, tapi kini ada rasa tenang yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya.
Bagi Abah Endu, bantuan ini bukan sekadar sembako atau uang tunai, melainkan sebuah kesempatan untuk bangkit. Ia tak lagi merasa sendirian dalam perjuangan panjangnya. “Alhamdulillah, sekarang Abah bisa jualan di rumah. Badan juga udah gak sekuat dulu, jadi ini sangat membantu…,” ucap Abah dengan mata berkaca-kaca.

Kini, Abah dan Aira tak lagi perlu berbagi sebutir telur untuk menahan lapar. Mereka bisa makan dengan cukup, beristirahat dengan tenang, dan bekerja dengan harapan baru. Hidup mereka memang belum sempurna, tapi jauh lebih layak dari sebelumnya.
Dan semua itu terjadi karena kebaikan yang tidak pernah berhenti. Karena uluran tangan yang datang tepat waktu. Karena kasih yang mengalir tanpa pamrih dari para #TemanKebaikan yang peduli.
Kisah Abah Endu mengingatkan kita bahwa kebaikan sekecil apa pun bisa mengubah hidup seseorang secara nyata. Mungkin bagi kita itu hanya sedikit, tapi bagi mereka, itu bisa berarti dunia dan kehidupan baru yang penuh harapan.