Usianya sudah menginjak 105 tahun, namun semangat Abah Kardi untuk tetap berjuang demi keluarga tak pernah padam. Setiap hari, Abah mendorong sepeda tua bermuatan kerupuk keliling kampung. Bukan untuk menumpuk harta, tapi hanya agar bisa membawa pulang sesuap nasi bagi kakak dan keponakannya yang Abah nafkahi.

 

Meski tubuhnya renta, Abah tetap memaksa diri berjalan berkilo-kilometer. Setiap napasnya terengah, matanya pun nyaris rabun. Namun ia tak pernah menyerah. Baginya, tak ada pilihan lain selain terus melangkah.

 

Dari satu kerupuk yang terjual, Abah hanya mendapat untung 300 rupiah. Seringkali, kerupuk-kerupuk itu tak laku hingga menjadi lembek karena panas. Di hari-hari seperti itu, Abah pulang tanpa penghasilan sepeser pun. Dan saat itulah, Abah terpaksa meminjam pada tetangga agar keluarganya tetap bisa makan.

 

 

Tak hanya kondisi kesehatannya yang memprihatinkan, rumah yang Abah tinggali bersama kakak dan keponakannya juga tak layak huni. Atap keropos mengeluarkan suara seperti akan runtuh setiap malam. Tenaga Abah sudah tak lagi cukup untuk memperbaiki rumah, apalagi biaya.

 

Satu-satunya harapan Abah Kardi sederhana... ia ingin tetap sehat agar bisa terus bekerja. Ia juga bermimpi rumahnya bisa diperbaiki agar tak lagi khawatir roboh.

 

Namun semua perlahan berubah. Berkat uluran tangan dari #TemanKebaikan, mimpi Abah mulai terwujud. Rumah Abah direnovasi, kini lebih layak dan aman untuk ditinggali. Abah juga mendapatkan usaha baru: berjualan pakan ternak di rumah, sehingga ia tak perlu lagi keliling jauh dengan sepeda. Bahkan layanan kesehatan rutin pun kini didapat Abah untuk memantau kesehatannya.

 

 

Hari ini, kehidupan Abah, kakak, dan keponakannya telah berubah jauh lebih baik. Terima kasih kepada setiap sahabat yang sudah ikut menjadi bagian dari perjuangan Abah. Karena kalian, Abah Kardi membuktikan bahwa usia hanyalah angka, dan semangat hidup tak pernah mengenal kata tua.