Di era informasi yang semakin kompleks, kemampuan literasi menjadi kunci utama dalam membangun generasi yang cerdas dan berdaya saing. Budaya baca tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan memahami, menganalisis, dan mengaplikasikan informasi dalam berbagai konteks kehidupan.
Budaya literasi berperan penting dalam pembentukan karakter dan intelektualitas generasi muda. Melalui kegiatan membaca, individu dapat memperluas wawasan, mengembangkan empati, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sementara itu, kemampuan menulis membantu dalam mengorganisir pikiran dan mengekspresikan ide secara efektif.
Munculnya generasi cerdas dari suatu negara atau bangsa dimulai dari kerinduan akan pengetahuan dan ilmu pengetahuan yang hanya bisa diperoleh dari kebiasaan gemar membaca. Generasi cerdas dan cinta membaca pada gilirannya juga akan memajukan peradaban bangsa itu. Hal ini dapat kita buktikan pada bangsa-bangsa maju di dunia yang perpustakaannya sudah lebih dahulu maju-berkembang dan dimanfaatkan secara optimal oleh rakyatnya yang berbudaya baca tinggi.
Subekti Mardani menjelaskan, SDM (Sumber Daya Manusia) yang cerdas dan berkualitas awalnya dimulai dari kegemaran membaca sehingga dapat menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan pengetahuan yang bersangkutan. Dengan mau belajar untuk meluangkan waktu dengan rajin membaca, masyarakat terutama generasi muda sebagai penerus menjadi terdidik, terpelajar dan mampu mengikuti peristiwa dan perkembangan teknologi di era teknologi informasi saat ini.
Namun, sayangnya, tingkat literasi atau minat baca Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Faktanya, menurut UNESCO, minat baca Indonesia termasuk yang terendah di dunia.
Budaya literasi Indonesia yang rendah tentunya dapat menghambat kemajuan pendidikan dan pembangunan nasional. Minat baca Indonesia yang rendah dapat membuat masyarakat kesulitan menyerap ilmu pengetahuan dan keterampilan baru. Ini berdampak pada kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Literasi Indonesia
Mendominasinya budaya tutur seperti pertukaran informasinya dalam bentuk lisan menjadi salah satu aspek yang menyebabkan rendahnya kegemaran tingkat membaca di Indonesia. Masyarakat Indonesia sedang mengalami transformasi yang sangat hebat. Pengaruh internet juga sedikit banyak mempengaruhi minat baca di Indonesia. sebanyak 132,7 juta orang Indonesia pada 2016 tecatat sebagai pengguna internet menurut data Perpustakaan Nasional. 86,3 juta jiwa berada di Jawa.
Yang dilakukan pengguna internet, 64% menggunakan media sosial, 47% menerima email, 47% menikmati berbagai tontonan, 44% main games, 38% membaca 14% menjual atau membeli melalui perangkat ponsel cerdas masing – masing. melihat kondisi tersebut, Perpustakaan Nasional hadir dalam basis digital melalui aplikasi e – Pusnas dengan multi operating system dengan multi device tablet atau smartphone. 12834 judul dengan 125875 eksemplar buku merupakan koleksi Perpustakaan Nasional hingga saat ini.
Tantangan Minat Baca di Indonesia
Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya budaya baca Indonesia, yaitu:
- Kurangnya Akses terhadap Bahan Bacaan
Masih banyak daerah di Indonesai yang tidak memiliki perpusatakan yang layak, serta sulit untuk menjangkaunya. Hal ini membuat masyarakat di daerah terpencil kesulitan mendapatkan akses terhadap bahan bacaan.
Harga buku di Indonesia masih tergolong mahal, terutama bagi masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Hal ini membuat mereka sulit untuk membeli buku yang ingin mereka baca.
Perpustakaan dan toko buku di Indonesia, terutama di daerah terpencil, seringkali memiliki koleksi buku yang terbatas. Hal ini membuat masyarakat tidak memiliki banyak pilihan bahan bacaan. - Belum Adanya Kebiasaan Membaca Sejak Dini
Orang tua di Indonesia masih kurang memberikan contoh dan dorongan kepada anak-anak untuk membaca. Hal ini membuat anak-anak tidak terbiasa membaca dan tidak memiliki minat baca.
Metode pembelajaran di sekolah masih banyak yang berfokus pada hafalan dan tidak mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Hal ini membuat siswa tidak merasa tertarik untuk membaca. - Minimnya Variasi Bahan Bacaan
Buku pelajaran dan buku teks mendominasi bahan bacaan yang tersedia di pasaran. Hal ini membuat masyarakat, terutama anak muda, merasa bosan dan tidak tertarik untuk membaca.
Bahan bacaan yang tersedia umumnya disajikan dengan cara yang monoton dan tidak menarik. Hal ini membuat masyarakat, terutama anak muda, lebih memilih untuk menonton video atau bermain game daripada membaca. - Dominasi Media Sosial
Masyarakat, terutama generasi muda, saat ini lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial daripada membaca buku. Hal ini membuat mereka tidak memiliki waktu untuk membaca dan minat baca mereka pun menurun.
Konten yang beredar di media sosial umumnya bersifat hiburan dan tidak edukatif. Hal ini membuat masyarakat, terutama generasi muda, tidak mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat dari media sosial.
Solusi untuk Meningkatkan Minat Baca
Meskipun tantangannya besar, namun bukan tidak mungkin untuk meningkatkan budaya baca di Indonesia. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat menerapkan beberapa hal, sebagai solusi:
- Memperbanyak dan meningkatkan kualitas perpustakaan
Pemerintah dan pihak swasta dapat bekerja sama untuk membangun dan mengembangkan perpustakaan di seluruh daerah. Perpustakaan yang nyaman dan memiliki koleksi buku yang menarik akan meningkatkan minat baca masyarakat. - Mengenalkan budaya baca sejak dini
Orang tua dan pendidik perlu berperan aktif dalam menumbuhkan minat baca anak sejak usia dini. Membacakan cerita, menyediakan buku bacaan yang sesuai usia, dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membaca bisa menjadi langkah awal yang baik. - Menyediakan variasi bahan bacaan
Selain buku cetak, perpustakaan dan sekolah juga bisa menyediakan bahan bacaan digital (e-book) dan audiobook. Selain itu, jenis bacaan yang tersedia harus menyesuaikan dengan minat baca masyarakat, seperti komik edukatif, novel inspiratif, atau majalah sains. - Menyelenggarakan kegiatan literasi yang kreatif
Kegiatan seperti lomba menulis, diskusi buku, atau temu penulis bisa menjadi cara yang menarik untuk meningkatkan minat baca masyarakat.
Elemen-elemen yang Berperan dalam Meningkatkan Minat Baca
- Peran Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menumbuhkan budaya literasi. Orang tua dapat meningkatkan minat baca anak-anak dengan melukan hal-hal, seperti membacakan cerita, menyediakan bahan bacaan buku anak-anak, dan berdiskusi tentang isi bacaan bersama anak. - Sekolah
Sekolah merupakan tempat utama untuk menimba ilmu, sehingga memiliki peran penting juga dalam meningkatkan minat baca para siswa-siswinya.
Sekolah dapat membuat beberapa program, seperti mengintegrasikan kegiatan literasi dalam kurikulum, membuat perpustakaan menjadi menarik, membaca buku non-pelajaran sebelum waktu KBM.
- Masyarakat dan Pemerintah
Masyarakat dan Pemerintah memegang kendali atas banyak faktor dalam memberikan pengaruh kebiasaan membaca.
Pemerintah dapat menyediakan akses ke perpustakaan, buku, dan sumber bacaan baik secara digital maupun fisik melalui kebijakan pendidikan dan program literasi nasional. Penyediaan buku di sekolah, perpustakaan umum, serta program bantuan buku ke daerah-daerah terpencil dapat memperluas kesempatan bagi masyarakat untuk membaca.
Organisasi masyarakat, lembaga swadaya, serta kelompok komunitas dapat membantu dengan menyediakan akses ke buku, mengadakan kegiatan berbagi buku, atau bahkan membentuk perpustakaan kecil di lingkungannya.
Membangun generasi cerdas melalui budaya baca memerlukan upaya bersama dari seluruh elemen masyarakat. Dengan menanamkan kebiasaan membaca dan menulis sejak dini, kita dapat mempersiapkan generasi yang mampu menghadapi tantangan di masa depan dengan pengetahuan, kreativitas, dan daya analisis yang kuat.
Referensi
https://jatengprov.go.id/beritadaerah/3633
https://www.kompasiana.com/takwabancin3262/667a7a6e34777c16182b6533/membangun-generasi-cerdas-melalui-budaya-literasi?page=3&page_images=1
https://www.sampoernafoundation.org/id/budaya-membaca-di-indonesia-tantangan-dan-penyebabnya